Selasa, 21 April 2015

Ibu Mertuaku Emang Beda-da-da..


Ngomong-ngomong mengenai ibu mertuaku pada hari kartini ini. Ada banyak hal special yang bisa menjadi pelajaran sekaligus panutan dari seorang mama, begitu aku biasa memanggil ibu mertuaku. Bermula saat kepergianku ke kota Malang menggunakan kereta api Malioboro Yogyakarta dengan maksud berkunjung ke rumah calon suamiku. Maklum itu kali pertama aku bertemu dengan calon mertua. Padahal undangan pernikahan sudah di cetak. Bayangin aja deh, nikah sebulan lagi tapi calon mempelai wanita belum pernah berkenalan secara langsung dengan calon ibu mertua. Umumnya yang namanya ibu mertua nggak akan mau beli kucing dalam karung. Biasanya akan ada banyak sederet, serentet dan apalah itu mengenai syarat-syarat menantu yang diidamkan. Sehingga sang anak akan pusing tingkat kumbang mutar-mutar mencari bunga yang sesuai keinginan ibunya. Ibu mertuaku emang beda-da-da. Jelas beda, tidak pernah mengenalku, belum pernah bertemu dan tidak mengerti asal usulku. Eh..beliau menyetujui pernikahan kami begitu saja. Terlepas dari kehendak Tuhan lo. Bukan karena anaknya nggak laku-laku, tampang basement, perjaka tua, duda tua atau karena kecelakaan. Bukan itu bro, malah calon suamiku punya fans lo. Usia baru 25 tahun, sedang studi S2 di salah satu univesitas terkemuka di negeri ini, tampangnya bisa dibilang relatif menengah ke atas hehe..(kalau bukan istrinya, siapa lagi yang memuji).
Kembali ke topic semula, ini bukan karena beliau hanya pasrah saja. Sekali lagi bukan, tapi semua ini karena beliau memiliki kepercayaan tinggi terhadap anaknya. Kejujuran yang ditanam dan keluhuran pekerti yang ia semai ke dalam jiwa anaknya selama ini cukuplah menjadi jawaban sederhana “iya, silahkan” untuk pertanyaan putranya dalam mengutarakan keinginan menikahiku. Beliau tidak mengkuatirkan kepribadianku ini seperti apa, mungkin saja bawel, kikir, kedekut, dan lain sebagainya. Beliau menerima aku apa adanya. Sungguh apa adanya, teringat saat suamiku menceritakan komentar  beliau saat pertama kali bertemu denganku. “yan, tangannya sari kecil dan halus”, itu bukan bermaksud memuji lo, tapiii mengambarkan bahwa aku tidak biasa kerja di dapur. Saat tahu itu, makkkk…merona dah mukaku. Mualuuu pooollll, ketahuan deh nggak biasa cuci-cuci, masak dan kerjaan lainya. Tahunya Cuma menghadap laptop hehe.. Aku baru menyadari kalau ternyata ibu mertuaku mengamati hal itu karena ingin menyesuaikan keadaan di rumahnya dengan kondisi ku yang serba asing di dapur. Beliau sungguh menerimaku apa adanya, bahkan aku tidak diperbolehkan mencuci piring dan menyapu setelah resmi menjadi menantunya. Bayangi deh, dapat mertua kayak begini siapa yang nggak hore-hore. Eit, tapi aku tetap melakukannya.
Satu dari banyak hal yang membuat beliau layak menjadi panutan bagiku. Ternyata oh ternyata, dua hari setelah pernikahan kami suamiku menceritakan semua lika-liku sebelum menikahiku. Tepanya tiga bulan sebelum pernikahan kami. Keluarga mereka ditimpa musibah besar yang sebelumnya belum pernah terbayang oleh mereka. Saking besarnya suamiku hendak membatalkan pernikahan kami. Sedangkan bapak mertuaku hanya bisa pasrah. Di sisi lain, aku lagi heboh dan rempong dengan urusan persiapan pernikahan  mulai souvenir, undangan dan kawan-kawannyalah. Suamiku saat itu yang masih menjadi calon suamiku begitu putus asa dengan musibah yang melanda finansial keluarga mereka. Musibah ini muncul karena tingkah orang-orang yang hanya mengambil keuntungan tanpa sedikitpun bertanggung jawab. Sehingga mereka yang tidak tahu apa-apa harus menerima perihnya. Tapi ibu mertuaku emang beda-da-da, beliau teguh dalam deraian air mata. Terlihat seperti anomali, mengapa teguh beriringan dengan air mata?. Air matanya mengalir karena begitu berat masalah yang melanda seakan membeku tak mudah untuk dicairkan. Sedangan keteguhan ini karena dalam perih beliau tetap menghujamkan azam anaknya untuk terus melanjutkan pernikahan. Beliau mengokohkan anaknya untuk tak mundur ditengah jalan walau apapun terjadi. Bukan hal mudah bagi mereka, dalam jeratan masalah yang menghadang untuk melanjutkan pernikahan yang bisa di bilang membutuhkan dana lebih. Sedikit info, aku berasal dari luar jawa yaitu dari kota kecil di Pulau Kalimantan. Kabupaten Ketapang-Kalimantan Barat. Untuk mencapai ke kotaku, keluarga mereka harus naik turun pesawat (transit). Dari Malang ke bandara Juanda di Sidoarjo, kemudian transit ke Yogyakarta, transit lagi ke Pontianak baru kemudian mendarat ke Kotaku.
Entah bagaimana usaha beliau berjuang untuk terus melanjutkan pernikahan anaknya, walaupun rasa malu tidak terkira karena sesisi kampung membicarakan mereka. Lebih tragisnya, anaknya yaitu suamiku dituduh  sudah menghamili calon istrinya. Karena para tetangga memandang beliau begitu nekat menikahkan anaknnya dalam kondisi seperti itu.
Keteguhan dan ketulusan beliau menjadi panutan dan contoh Kartini di era sekarang ini. Bagaimana tidak, dalam derita dan cobaan yang berat beliau tetap berusaha menjaga kehormatanku, keluargaku dan perasaanku sebagai calon mempelai wanita. Seperti kita ketahui, pernikahan yang gagal dilaksanakan akan sangat menyakitkan bagi pihak wanita dan keluarganya apalagi persiapan pernikahan sudah setengah jalan.
Terimakasih mama,, engkau relakan putra satu-satumu kepadaku dalam kondisi serba sulit nan berat. Aku akan selalu berusaha mencintaimu dengan sikap terbaikku sebagaimana aku mencintai putramu.


 I love mama ^^

13 komentar:

  1. Huaa, salut deh sama ibu mertuanya. beliau juga bisa mendidik supaya jangan selalu mendengar apa kata orang ya berarti. buktinya ya cuek2 aja gitu anaknya dikira sudah menghamili anak orang :D

    Semoga selalu dilimpahi keberhakan ya mbaak mamanyaa ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Rabbalamin,
      untung aja beliau pake jurus cuek kalau nggak mah sampe sekarang masih jadi gadis manis donk.
      Btw, mbak Istiana selamat ya jadi komentator pertama diblogku. Maklum blogger pemula hehe..
      Terimakasih banyak mbak ^^

      Hapus
  2. Sariiiiii.miss u.salam buat sikecil n khoiron.bahagia selalu buat kalian yaaaa.semoga mama Sehat selalu ya.aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak yuncaaaa.....miss u too, aamiin ya rabbalamin. Makasi kunjungannya. Seneng banget....salam sayang buat luhurluhur^^

      Hapus
  3. Luar biasa hasil didikan Ibu mertua ya Mak. Semoga beliau sehat selalu, aamiin

    BalasHapus
  4. Aamiin ya rabbalamin.. Terimakasih mbak ^^

    BalasHapus
  5. Mertua yg hebat, beliau sebagai perempuan tentu lebih empati kepada perempuan yaa Mak... bisa merasakan bagaimana hancur, sakit hati dan malunya perempuan bila pernikahannya gagal...

    BalasHapus
  6. dituduh hamil duluan...itu memang salah satu dilema orang mau nikah. lha mau nikah kok malah dikira yang enggak-enggak sementara yang pacaran melulu nggak dituduh. *protes mode on*
    pastinya melegakan semua ya mbak ketika akhirnya sudah melewati itu semua. ibi mertua bisa tersenyum bangga dong sekarang. semoga begitu selamanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, walau rada panas kuping saat itu. Alhamdulillah

      Hapus