Sabtu, 11 April 2015

Tua tapi kualitas muda

     
    Ketika aku hendak menutup pagar di pagi ini,tiba-tiba datang  sesosok  yang terbilang berusia lebih dari 60 tahun bahkan mungkin 70 tahunan, berkulit sawo matang  mengenakan celana pendek hitam tanpa baju dan topi mbulak (pudar) serta menggunakan gerobak berkarat berbentuk jaring-jaring  yang berukuran 1 x 2 m. Saat mataku tertuju kepada sosok laki-laki tua itu, dengan spontan ia merespon pandanganku penuh ketulusan yang terukir dari senyumannya sembari menyapa "mbak.."(sambil mengangguk khas orang jawa). Spontan pula ku tersenyum lebar. Ia pun berlalu menuju ke samping rumahku. Tertegun sesaat hati ini (eit..bukan karena jatuh cinta..) melihat semangatnya yang tergambar dari gerak gerik dan langkah kakinya yang kokoh beriringan dengan senyum ketulusan.  Padahal ia ke rumkotku (rumah kotrakan) hendak melakukan pekerjaan kasar alias membersihkan perkarangan yang tidak terawat-wat penuh rumput ilanglang bahkan tanaman liar yang tingginya mencapai 1meter lebih dengan luas area yang menurutku cukup luas dan melelahkan jika hanya  dikerjakan satu orang apalagi sudah berumur.
      Beberapa hari yang lalu saat bapak rumkot memperkenalkan beliau, dalam hati aku bergumam "wow..si bapak rumkot boleh juga pilih orang. tua tapi masih kualitas muda". Mana gak kualitas muda, langkah kakinya termasuk cepat jika dibandingkan dengan seorang pemuda, badannya kecang kurus dan padat yang menyamarkan kerutan (maklum gak pake baju soalnya, jadi bukan salah aku dong).. Selain itu beliau sangat humanis serta ramah. 
      Dalam hati aku berkata " sepertinya  akan dikerjakan sekarang". Segera aku masuk ke dalam rumkot membuatkan segelas kopi. "Lah..masak cuma kopi" ngomong sendiri. "oiya kan ada kue apemnya syiraz, ta pake dulu ya nak besok-besok kita beli lagi". Walau cuma 1 biji tapi lumayanlah buat nemenin si kopi. Kopi jadi, langsung deh ku bawa ke depan dan kuletakan diatas pagar teras sembari mempersilakan kepada beliau. Lagi-lagi beliau senyum lebar dan berkata "iya mbak..". 
     Dari dalam rumah aku mendengarkan aktifitas beliau, terdengar celurit bertemu batu, kayu-kayu tersandar pada dinging rumah, dan lainnyalah. Tapi satu pendengaran yang membuatku terus menyimak aktivitas beliau. Selang beberapa menit orang-orang yang sedang melewati depan rumkot  selalu  saja menyapa beliau " Pak To,," Pak Too bla bla bla". Tidak sampai 2 jam, tralala trilili sebelah rumahku sudah lapang. Wow...ekpress juga. Sekali lagi "tua tapi kualitas muda". "Subhanallah kakek ini..benar-benar dah".

Pak To sebenarnya berprofesi sehari-hari sebagai pengangkut sampah di beberapa tempat, dari rumah ke rumah ia mengambil sampah-sampah yang sudah dibuang para warga ke tong sampah di depan rumah mereka masing-masing. Beliau sudah terbiasa dan mungkin sudah diluar batas biasa berhadapan dengan yang namanya kotor dan bau busuk. Tapi senyumnya, semangatnya, keramahanya yang bersih dan harum bagi orang yang mengenalnya begitu terliat sangat jelas. Ini  berbanding terbalik dengan sampah-sampah yang ia jumpai di kesehariannya. Kadang kita kurang bersyukur, jika berkaca pada Pak To. Bagaimana tidak, saat tukang sampah seperti pak To bersama gerobaknya berpapasan dengan kita, kadang spontan tangan kita menutup hidung atau melangkah lebih cepat agar segera menjauh dari sumber bau. Pernahkah kita sadari, betapa sabarnya mereka menanggung bau dari limbah kita tapi dengan entengnya kita tutup hidung kita dihadapan mereka yang kemungkinan besar menyinggung hati mereka. Jika tidak tahan akan bau dari sampah-sampah itu, lebih baik menahan napas sebentar daripada kita singgung hati mereka yang telah menolong kita mengusir bau dan kotor yang kita hasilkan sendiri. Mungkin senyum ramah dan tulus Pak To sudah terasah oleh keikhlasan dari sikap-sikap seperti itu. 

Pelajaran lain yang dapat kita petik dari seorang Pak To, bekerja keras, cepat, dan ikhlas adalah kunci ke suksesan. Yaa..memang arti sukses untuk seorang Pak To tidaklah sama dengan kita-kita yang mengenyam pendidikan. Tapi satu kesuksesan Pak To yang mahal jika harus dibayar yaitu kesehatan. Lihatlah betapa diusainya yang senja, ia masih kokoh berdiri dan bebas beraktifitas selayaknya pemuda-pemuda. Disisi lain banyak kita jumpai sebagian para lansia sudah tak sanggup beraktifitas bebas. Kerja keras membentuk jiwa yang kuat, jiwa yang kuat jelas akan menghasilkan yang namanya sehat. Karena sehat dapat distimulus oleh optimis, rasa senang dan ikhlas. Dari mana asal optimis seorang Pak To, ialah dari semangat dalam kerja kerasnya yang terpancar oleh gerak dan langkahnya, sedangkan rasa senang terpancar dari senyum tulus dan keramahanya yang tanpa beban. Dan keikhlasannya berasal dari kebersamaan langkahnya dengan gerobak sampahnya yang menapaki sisa-sisa usianya. 

Terimakasih Pak To, kau ajari aku betapa semangat dan senang bukan hanya untuk hal-hal yang harum dan indah semata. 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar